NAMA : DHENY TIYAN IRAWAN
KELAS
: 3PA09
NPM
: 18511078
I. Terapi Humanistik
A.
Konsep dasar pandangan humanistik tentang kepribadian
Perhatian pada makna kehidupan
merupakan hal yang membedakan antara psikologi humanistik dan psikologi lain.
Manusia bukanlah pelaku panggung masyarakat, bukanlah pencari identitas tapi
juga bukan pencari makna.
Carl
rogers (bapak psikologi humanistik) memberikan gambaran besar pandangan
psikologis humanistik.
a)
setiap manusia hidup dalam pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia, sang aku,
atau diriku menjadi pusat. perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu
perepsi manusia terhadap identitas diri yang bersifat fleksibel dan beruba-ubah
yang muncul dari satu medan fenomena.
b)
individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan
dunianya, ia bereaksi pada ''realita'' seperti apa yang dipersepsikan olehnya,
dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
c)
anggapan adanya ancaman terhadap dirinya akan diikuti oleh pertahanan diri
berupa penyempitan dan pengakuan persepsi dan perilaku, penyesuaian serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi .
d)
kecenderungan batiniah manusia menuju kesehatan dan keutuhan diri dalam kondisi
yang normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan munuju
pengembangan dan aktualisasi.
Dalam
pandangan aliran ini, manusia pada dasarnya adalah baik dan bahwa potensi
manusia adalah tidak terbatas. Pandangan ini sangat optimistik dan bahkan
terlampau optimistik terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga
manusia dipandang sebagai penentu yang mampu melakukan play god (peran tuhan).
Karena tingginya kepercayaan terhadap manusia, maka sangat mungkin muncul sikap
membiarkan terhadap perilaku apapun yang dilakukan orang lain.
B. Unsur Unsur terapi
1.
munculnya gangguan
Model
humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian
besar konsep-konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan
manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup sangat
banyak pada saat ini. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan
realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta
merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan
pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu
adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer
psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an,
eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
2.
Tujuan Terapi
-
Menyajikan kondisi-kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi pribadi. membantu klien
menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
-
Membantu klien agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
3.
Peran Terapis
Menurut
Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik memiliki orientasi bersama yang
mencakup hal-hal berikut :
•Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
•Menyadari
peran dan tanggung jawab terapis
•Mengakui
sifat timbale balik dari hubungan terapeutik.
•Berorientasi
pada pertumbuhan
•Menekankan keharusan terapis terlibat
dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh.
•Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
•Memandang terapis sebagai model, bisa
secara implicit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan
positif.
•Mengakui kebebasan klien untuk
mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya
sendiri.
•Bekerja
kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
C. Tekhnik – tekhnik terapi humansitik
Sepanjang
proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan
hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan
memahami klien. Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik,
yaitu:
1.
Penerimaan
2.
Rasa hormat
3.
Memahami
4.
Menentramkan
5.
Memberi dorongan
6.Pertanyaan
terbatas
7.
Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8.
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
9.
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
Sumber
: http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/
II . Person Therapy Centered ( Carl
Rogers)
A. Konsep Dasar Pandangan Karl
Rogers tentang kepribadian
Sebagaimana
ahli Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada
konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong
pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri
seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada
pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti
kreativitas, inovasi, dan lain-lain. Konsep Dasar
·
Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu
yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
· Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan
tidak pada aspek intelektual.
· Menekankan pada situasi yang langsung
dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
. Menekankan pada hubungan terapeutik
sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
B. Unsur - unsur terapi
1.
Munculnya gangguan
Carl
Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar
yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan
psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu
dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers
terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari
dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan
dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.
2.
Tujuan Terapi
Rogers
berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai –
nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi
adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan
jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh
pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih
dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima
oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata –
kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
3.
Peran Terapis
Menurut
Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan
sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien
melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang
memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik –
teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai
instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu
klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari
bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan
klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai.
Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin
di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
C. Tekhnik – Tekhnik Terapi
Untuk
terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting
daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah
cukup terapi, yaitu :
1. Empathy
2. Positive Regard (acceptance)
3. Congruence
Empati
adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan
pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama
dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang
ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor
yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang
membawa perubahan dan pembelajaran.
Positive
Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang
mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena
keberadaannya.
Congruence
/ Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak
memakai topeng atau pulasan – pulasan. Menurut Rogers perubahan kepribadian
yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.
III Logotherapi (frankl)
A. Konsep Dasar Tentang Kpribadian
Kerangka
pikir teori kepribadian model logoterapi dan dinamika kepribadiannya dapat
digambarkan sebagai berikut: Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam
hidupnya. Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu saja,
tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi
keinginannya untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil
memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran
(reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak
mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami kekecewaan dan
kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak bermakna (meaningless).
Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup yang hampa dan tak bermakna yang
berlarut-larut tidak teratasi dapat mengakibatkan gangguan neurosis (noogenik
neurosis) mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis
(conformism).
B. Unsur – Unsur Terapi
1.
Munculnya Gangguan
Logoterapi
inibiasanya dilakukan untuk klien-klien yang mengalami PTSD (Post Traumatic
Stress Disorder), karena biasanya orang yang stres akibat trauma cenderung
menyalahkan dirisendiri bahkan bisa ke resiko mencederai diri dan orang lain.
2.
Tujuan Terapi
Tujuan
dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
a. memahami adanya potensi dan sumber
daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras,
keyakinan dan agama yang dianutnya;
b. menyadari bahwa sumber-sumber dan
potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan.
c. memanfaatkan daya-daya tersebut untuk
bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai
kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang
lebih bermakna
3.
Peran Terapis
Peranan
dan Kegiatan Terapis
Menurut Semiun (2006) terdapat beberapa
peranan dan kegiatan terapis dapat dikemukakan secara singkat di bawah ini.
1.
Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah.
Terapis
pertama-tama harus menciptakan hubungan antara klien dengan mencari
keseimbangan antara dua ekstrem, yakni hubungan yang akrab (seperti simpati)
dan pemisahan secara ilmiah (menangani klien sejauh ia melibatkan diri dalam
teknik terapi).
2.
Mengendalikan filsafat pribadi
Maksudnya adalh terapis tidak boleh
memindahkan filsafat pribadi pada klien, karena logotherapy digunakan untuk
menangani masalah-masalah yang menyangkut nilai-nilai dan masalah spiritual,
seperti aspirasi terhadap hidup yang bermakna, makna cinta, makna penderitaan,
dan sebagainya.
3.
Terapis bukan guru atau pengkhotbah
Terapis adalah seorang spesialis mata dalam
pengertian bahwa ia memberi kemungkinan kepada klien untuk melihat dunia
sebagaimana adanya, dan bukan seorang pelukis yang menyajikan dunia sebagaimana
ia sendiri melihatnya.
4.
Memberi makna lagi pada hidup
Salah satu tujuan logotherapy adalah
menemukan tujuan dan maksud keberadaannya. Kepada klien bahwa setiap kehidupan
memiliki potensi-potensi yang unik dan tugas utamanya adalah menemukan
potensi-potensi itu. Pemenuhan tugas ini memberi makna pada kepada hidupnya.
5.
Memberi makna lagi pada penderitaan
Di sini, terapis harus menekan bahwa hidup
manusia dapat dipenuhi tidak hanya dengan menciptakan sesuatu atau memperoleh
sesuatu, tetapi juga dengan menderita. Manusia akan mengalami kebosanan dan
apati jika ia tidak mengalami kesulitan atau penderitaan.
6.
Menekankan makna kerja
Tugas terapis adalah memperlihatkan makan
pada pekerjaan itu sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh orang-orang yang
bekerja berubah. Tanggunga jawab terhadap hidup dipikul oleh setiap orang
dengan menjawab kepada situasi-situasi yang ada. Ini dilakukan bukan dengan
perkataan, melainkan dengan tindakan. Kesadaran akan tanggung jawab timbul dari
kesadaran akan tugas pribadi yang konkret dan unik.
7.
Menekankan makna cinta
Tugas terapis adalah menuntut klien untuk
mencintai dalam tingkat spiritual atau tidak mengacaukan cinta seksual dengan
cinta spiritual yang menghidupi pengalaman orang lain dalam semua keunikan dan
keistimewaannya.
C. Tekhnik – tekhnik Logotherapy
·
Intensi Paradoksikal
Teknik
intensi paradoksikal merupakan teknik yang dikembangkan Frankl berdasarkan
kasus kecemasan antispatori, yaitu kecemasan yang ditimbulkan oleh antisipasi
individu atas suatu situasi atau gejala yang ditakutinya. Intensi paradoksikal
adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
·
Derefleksi
Derefleksi
merupakan teknik yang mencoba untuk mengalihkan perhatian berlebihan ini pada
suatu hal di luar individu yang lebih positif. Derefleksi memanfaatkan
kemampuan transendensi diri yang ada pada manusia. Dengan teknik ini individu
diusahakan untuk membebaskan diri dan tak memperhatikan lagi kondisi yang tidak
nyaman untuk kemudian lebih mencurahkan perhatian kepada hal-hal lain yang
positif dan bermanfaat. Dengan berusaha mengabaikan keluahannya, kemudian
mengalihkannya pada hal-hal yang bermanfaat, gejala, kemudian mengalihkannya
pada hal-hal yang bermanfaat, gejala hyper intention akan menghilang (Bastaman,
1995).
·
Bimbingan Rohani
Bimbingan
rohani adalah metode yang khusus digunakan terhadap pada penanganan kasus
dimana individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau
dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubahnya dan tidak mampu lagi berbuat
selain menghadapinya. Pada metode ini, individu didorong untuk merealisasikan
nilai bersikap dengan menunjukkan sikap positif terhadap penderitaanya dalam
rangka menemukan makna di balik penderitaan tersebut.
hayatisaputriana.blogspot.com/2013/05/logotherapy.html