NAMA : DHENY TIYAN IRAWAN
NPM : 18511078
KLS : 3PA09
1.
Pengantar
A.
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan
dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah
atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang
mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti
memulai karier baru atau akan mengalami perceraian.
Umumnya psikoterapi dianjurkan bila seseorang
bergulat dengan kehidupan, masalah hubungan atau kerja atau masalah kesehatan
mental tertentu, dan isu-isu atau masalah yang menyebabkan banyak individu yang
besar rasa sakit atau marah selama lebih dari beberapa hari. Ada pengecualian
untuk aturan umum, tetapi sebagian besar, tidak ada salahnya untuk pergi ke
terapi bahkan jika Anda tidak sepenuhnya yakin Anda akan mendapat manfaat dari
itu. Jutaan orang mengunjungi psikoterapis setiap tahun, dan sebagian besar
penelitian menunjukkan bahwa orang yang melakukannya manfaat dari interaksi.
Kebanyakan terapis juga akan jujur dengan Anda jika mereka yakin Anda tidak
akan mendapatkan keuntungan atau pendapat mereka, tidak perlu psikoterapi.
B.
Tujuan Psikoterapi
Tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik
psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua orang tokoh yakni Ivey,
et al (1987) dan Corey (1991).
Menurut Corey (1991)
a) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis adalah Membuat
sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi
kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan
menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan tingkah laku adalah secara umum
untuk menghilangkan perilaku dan mencari apa yang dapat dilakuakan dan mencari
apa yang dapat dilakuakn terhadap perilaku yang menjadi masalah. Klien berperan
aktif dalam menyusun terapi dan menilai bagaimana tujuan-tujuan ini bias
tercapai.
c) Tujuan psikoterapi denagn pendekatan Kognitif-Behavioristik dan
Rasional-Emotif adalah menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang
menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup
secara lebih rasional dab toleran. Untuk membantu pasien mempergunakan metode
yang lebih ilmiah atau objektif untuk memecahkan masalah emosi dan perilaku
dalam kehidupan selanjutnya.
d) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt adalah membantu klien
memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamnnya. Untuk merangsangnya
menerima tanggung jawab daridorongan yang ad di dunia dalamnya yang
bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia
luar.
e) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk membantu
seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Merangsang
untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa sebarapa jauh tindakannya
berhasil.
Menurut Ivey, et al (1987)
a) Tujuan Psikoterapi dengan pendekatan Behavioristik adalah untuk
menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti
dengan pola-pola perilaku yang lebih bias menyesuaikan. Arah perubahan perilaku
yang khusus ditentukan oleh klien.
b) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Gestalt, adalah agar seseorang
lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah
kehidupan seseorang.
c) Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Realitas adalah untuk memenuhi
kebutuhan seseorang tanpa dicampur-tangani orang lain. Untuk menentukan
keputusan yang bertanggung jawab dan untuk bertindak dengan menyadari sepenuhnya
akan akibat-akibatnya. Psikoterapi merupakan alat yang dapat membantu dan
penting dipelajari khususnya oleh dokter dan para profesional lain yang
berperan dalam kesehatan dan kesehatan jiwa, namun perlu pula diingat bahwa
teknik dan metodenya yang tertentu dan bermacam-macam tersebut memerlukan waktu
yang cukup lama untuk dapat dipelajari dan dipraktekkan dengan baik. Tentunya,
dengan hanya membaca buku ajar yang singkat ini tidaklah mungkin mencakup
keseluruhan hal mengenai psikoterapi, namun setidaknya prinsip-prinsip dasar
psikoterapi dapat dipahami, untuk dapat diaplikasikan dalam praktek
sehari-hari, sehingga dapat turut menunjang upaya peningkatan mutu pelayanan
kepada pasien. Secara non spesifik, psikoterapi dapat menambah efektivitas
terapi lain; sebagai suatu yang spesifik atau khusus, sebagaimana telah
disebutkan di atas, psikoterapi merupakan rangkaian teknik yang digunakan untuk
mengubah perilaku (catatan: teknik merupakan rangkaian tindakan yang dibakukan
untuk mendapatkan perubahan tertentu, bukan urutan perubahan alamiah, sehingga
harus dilatih untuk mencapai ketrampilan optimal). Dengan psikoterapi, seorang
dokter akan dapat memanfaatkan teknik-teknik untuk meningkatkan hasil yang
ingin dicapainya. Bila seorang dokter tidak mengerti atau memahaminya,
sebetulnya bukan hanya tidak akan menambah efektivitas terapinya, melainkan
setidaknya dapat menghindarkan hal-hal yang dapat merugikan pasiennya.
C. Unsur – Unsur Psikoterapi
Masserman
(1984) melaporkan delapan ‘parameter pengaruh’ dasar yang mencakup unsur-unsur
pada semua jenis psikoterapi,yaitu :
a. Peran sosial
(martabat)
b. Hubungan
(persekutuan tarapeutik)
c. Hak
d. Retrospeksi
e. Reduksi
f. Rehabilitasi,
memperbaiki ganggguan perilaku berat
g. Resosialisasi
h. Rekapitulasi
D. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
1. Konseling pada umumnya
menangani orang normal. Sedangkan psikoterapi terutama menangani orang yang
mengalami gangguan psikologis.
2. Konseling lebih edukatif,
sportif, berorientasi, sadar, dan berjangka pendek. Sedangkan psikoterapi lebih
rekonstruktif, konfrontatif, berorientasi tak sadar, dan berjangka panjang.
3. Konseling lebih terstruktur
dan terarah pada tujuan yang terbatas dan konkret. Sedangkan psikoterpai
sengaja dibuat lebih ambigu dan memiliki tujuan yang berubah-ubah serta
erkembang terus.
E. Pendekatan Terhadap Mental Line
Jelaskan mengenai pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan
penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan
ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental
disebabkan karena kurangnya insulin dalam tubuh. Lalu dikembangkan terapi
injeksi insulin . juga mulai dikembangkan upaya bedah otak di London.
b) Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang
buruk, sekuele pasca-traumatic, kededihan yang tak terselesaikan,
krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang
dilimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu. Ini dimulai dari teori psikoanlisis Freud tahun
(1856-1939)
c) Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya
dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi
sosio-budaya tertentu.
d) Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan
diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini
dasar falsafahnya tetap ada, yaitu menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh
klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
F. Bentuk Utama terapi
Ada beberapa macam bentuk-bentuk utama dalam terapi, yaitu:
1. Supportive
a. Definisi terapi suportif
Suatu bentuk terapi alternatif yang mempunyai tujuan untuk menolong
pasien beradaptasi dengan baik terhadap suatu masalah yang dihadapi dan untuk
mendapatkan suatu kenyamanan hidup terhadap gangguan psikisnya.
b. Tujuan dari terapi suportif adalah
• Menaikkan fungsi psikologi dan sosial
• Menyokong harga dirinya dan keyakinan dirinya sebanyak mungkin
• Menyadari realitas, keterbatasannya, agar dapat diterima
• Mencegah terjadinya relaps
• Bertujuan agar penyesuaian baik
• Mencegah ketergantungan pada dokter
• Memindahkan dukungan profesional kepada keluarga
2. Redukatif
Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan
penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk
menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain :
· Penyembuhan sikap (attitude
therapy)
· Wawancara (interview
psychtherapy)
· Penyembuhan terarah (directive
therapy)
· Psikodrama
· Dan lain-lain.
Tujuan dari reeducative therapy adalah untuk mencapai pengertian tentang
konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha
berencana untuk menyesuaikan diri kembali, memodifikasikan tujuan dan
membangkitkan serta mempergunakan potensi kreatif yang ada. Cara-cara
psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut :
Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
Terapi sikap (attitude therapy)
Terapi wawancara (interview therapy) analisa dan sinthesa yang
distributif (terapi psikobiologik Adolf Meyer)
Konseling terapetik
Terapi case work
Reconditioning
Terapi kelompok yang reedukatik
Terapi somatik 2
3. Reconstructive
A. Definisi Terapi Rekonstruktif
Terapi Rekonstruktif yakni menyelami alam tak sadar melalui teknik
seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi atau
lebih mudahnya Dicapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar,
dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
B. Tujuan Terapi Rekonstruktif
Perombakan radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai
suatu penyesuaian diri yang lebih efisien,akan tetapi juga suatu maturasi daripada
perkembangan emosional dengandilahirkannya potensi adaptif baru
2. Terapi Psikoanalisi
Sigmund Frued
A. Konseo dasar
Teori Psikoanalisis tentang Kepribadian
1. Kesadaran
Tingkat kesadaran yang
berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya
sebagian kecil saja Bari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan
ingatan) yang masuk kekesadaran (consciousness). Isi
daerah sadar itu merupakan basil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus
atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang
singkat di daerah conscious, dan segera tertekan kedaerah perconscious atau unconscious, begitu
orang memindah perhatiannya ke weyang lain.
2. Struktur kepribadian
a) Id (Das Es)
Id adalah sistem
kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego
dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologik yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam
daerah unansdous, mewakili subjektivitas yang tidak pemah disadari sepanjang
usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan enerji psikis
yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya. Id
beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasunprinciple), yaitu: berusaha
memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah
keadaan yang relatif inaktif atau tingkat enerji yang rendah, dan rasa sakit
adalah tegangan atau peningkatan enerji yang mendambakan kepuasan. Jadi ketika
ada stimuli yang memicu enerji untuk bekerja – timbul tegangan enerji – id
beroperasi dengan prinsip kenikmatan; berusaha mengurangi atau menghilangkan
tegangan itu; mengembalikan din ke tingkat enerji yang rendah. Pleasure
principle diproses dengan dua Cara, tindak refleks (reflex actions) dan proses
primer (primaryprocess). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa
sejak lahir seperti mengejapkan mata – dipakai untuk menangani pemuasan
rangsang sederhana dan biasanya segera dapat dilakukan. Proses primer adalah
reaksi membayangkan/mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan
tegangan – dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar
membayangkan makanan atau puting ibunya. Proses membentuk gambaran objek yang
dapat mengurangi tegangan, disebut pemenuhan hasrat (nosh fullment), misalnya
mimpi, lamunan, dan halusinasi psikotik. Id hanya mampu membayangkan sesuatu,
tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan
kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedaka benar-salah, tidak tabu moral.
Jadi hams dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberi
kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan
inilah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.
b) Ego (Das Ich)
Ego berkembang dari id
agar orang mampu menangani realita; sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip
realita (realityprinciple); usaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan
mencegah terjadinya tegangan barn atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Prinsip realita itu
dikerjakan metalui proses sekunder (secondaryprocess), yakni berfikir realistik
menyusun rencana dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang
dimaksud. Proses pengujian itu disebut uji realita (reality testin ;
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah difikirkan secara
realistik. Dari cara kerjanya dapat difahami sebagian besar daerah operasi ego
berada di kesadaran, namun ada sebagian kecil ego beroperasi di daerah prasadar
dan daerah taksadar. Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang
memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon
dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan
tersedianya peluang yang. resikonya minimal. Dengan kata lain, ego sebagai
eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi
kebutuhan moral dan kebutuhan berkembang-mencapai-kesempurnaan dan superego.
Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki
enerji sendiri akan memperoleh enegi dari Id.
c) Superego (Das Ueber Ich)
Superego adalah
kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip
idealistik (idealisticprinciple) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan
prinsip realistik dad Ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia
tidak mempunyai energi sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga
daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan
dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang
diperjuangkannya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan
kenikmatan). Prinsip idealistik mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan
ego-ideal. Super-ego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai
orang tua atau interpretasi orang tua mengenai standar sosial, yang diajarkan
kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkahlaku yang
dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima anak
menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh
dilakukan. Apapun yang disetujui, dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima
menjadi standar kesempurnaan atau ego ideal, yang berisi apa saja yang
seharusnya dilakukan. Proses mengembangkan konsensia dan ego ideal, yang
berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection).
Sesudah terjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua. Superego
bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan keras
kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Super-ego
juga seperti ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi
merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi superego; (1) mendorong ego
menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistik, (2)
merintangi impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan
dengan standar nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan. Struktur
kepribadian id-ego-superego itu bukan bagian-bagian yang menjalankan
kepribadian, tetapi itu adalah nama dalam sistem struktur dan proses psikologik
yang mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Biasanya sistem-sistem itu bekerja
bersama sebagai team, di bawah arahan ego. Baru kalau timbul konflik diantara
ketiga struktur itu, mungkin sekali muncul tingkahlaku abnormal.
3. Mekanisme Pertahanan
Ego.
Mekanisme pertahanan
ego merupakan proses mental yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan dan
dilakukan melalui dua karakteristik khusus
yaitu : (1) tidak disadari dan (2) menolak, memalsukan atau mendistorsi
(mengubah) kenyataan. Mekanisme pertahanan ini dapat juga diartikan sebagai
reaksi-reaksi yang tidak disadari dalam upaya melindungi diri dari emosi atau
perasaan yang menyakitkan seperti cemas dan perasaan bersalah. Ego berusaha
sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan realitas, id dan superego.
Namun kecemasan begitu menguasai, ego harus berusahan mempertahankan diri.
Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara memblokir seluruh
dorongan-dorongan atau menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang
lebih dapat diterima atau tidak terlalu mengancam.
Jenis-jenis mekanisme
pertahanan ego itu adalah sebagai berikut.
Represi
Represi merupakan
proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, ka, orang atau karena
mengancam keamanan ego. Anna Freud mengartikan pula sebagai “melupakan yang
bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau
peristiwa yang menakutkan. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang
terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan (kateksis objek = id) yang
menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh antikateksis (ego).
Orang cenderung merepres keinginan atau hasrat yang apabila
dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah (guilty feeling) dan konflik yang
menimbulkan rasa cemas atau merepres memori (ingatan) yang meyakitkan.
2. Projeksi
Projeksi merupakan
pengendalian pikiran, perasaan, dorongan diri sendiri kepada orang lain. Dapat
juga diartikan sebagai mekanisme perubahan kecemasan neurotik dan moral dengan
kecemasan realistik. Anna freud mengatakan projeksi sebagai penggantian kea rah
luar atau kebalikan dari melawan diri sendiri, mekanisme ini meliputi
kecendrungan untuk melihat hasrat anda yang tidak bisa diterima oleh orang
lain. Projeksi memungkinkan orang untuk mengatakan dorongan yang mengancamnya
dengan menyamarkanya sebagai pertahanan diri. Projeksi bertujuan untuk
mengurangi pikiran atau perasaan yang menimbulkan kecemasan.
3. Pembentukan
Reaksi (Reaction Formation).
Pembentukan reaksi atau
reaksi formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengantikan suatu
impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau kebalikannya
dalam kesadarannya (Hall dan Gardner). Dapat juga di artikan pergantian sikap
dan tingka laku dengan sikap dan tingkah laku yang berlawanan. Bertujuan untuk
menyembunyikan pikiran dan perasaan yang dapat menimbulkan kecemasan. Mekanisme
ini biasanya ditandai dengan sikap atau perilaku yang berlebihan atau bersifat
kompulsif, biasanya dari perasaan yang negatif ke positif meskipun
kadang-kadang terjadi dari negatif ke positif. Dalam hal ini Freud berpendapat
bahwa laki-laki yang suka mencemoohkan homoseksual merupakan ekspresi dari
perlawanannya akan dorongan-dorongan homoseksual dalam dirinya sendiri.
4. Pemindahan Objek
(Displacement)
Displacement adalah
suatu mekanisme pertahanan ego yang mengarahkan energi kepada objek atau orang
lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa
dijangkau, Corey (2003:19). Menurut
Poduska (2000:119) displacement ialah mekanisme pertahanan ego dengan mana anda
melepaskan gerak-gerik emosi yang asli, dan sumber pemindahan ini dianggap
sebagai suatu target yang aman. Mekanisme pertahanan ego ini, melimpahkan
kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah
kedudukannya.lebih lanjut dikatakan pemindahan objek ini merupakan proses
pengalihan perasaan (biasanya rasa marah) dari objek (target) asli ke objek
pengganti. Contohnya: seorang pegawai yang dimarahi atasannya di kantor, pada
saat pulang dia membanting pintu dan marah-marah pada anaknya.
5. Faksasi
Faksasi ini
merupakan mekanisme yang memungkinkan orang mengalami kemandegan
dalam perkembangannya, karena cemas untuk melangkah ke perkembangan berikutnya. Faksasi ini
bertujuan untuk menghindari dari situasi-situasi baru
yang dipandang berbahaya atau mengakibatkan frustasi. Contohnya anak
usia 7 tahun masih ngeisap jempol dan belum berani berpergaian tanpa
ibunya.
6. Regresi
Regresi adalah kembali
ke masa-masa di mana seseorang mengalami
tekanan psikologis. Kerika kita menghadapi kesulitan atau
ketakutan, perilaku kita sering menjadi kekanak-kanakan atau
primitif. Dapat dikatakan
pula pengulangan kembali
tingkah laku yang cocok bagi tahap perkembangan atau usia sebelumnya
(perikaku kekanak-kanakan). Contohnya seorang yang baru pensiun akan
berlama-lama duduk di
kursi goyang dan
bersikap seperti anak-anak,
serta menggantungkan hidupnya pada isntrinya.
7. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan
penciptaan kepalsuan (alas an-alasan) namun dapat masuk akal sebagai upaya
pembenaran tingkah laku yang tidak dapat diterima. Menurut
Berry (2001:82), rasionalisasi ialah mencari pembenaran atau alasan bagi
prilakunya, sehingga manjadi lebih bisa diterima oleh ego daripada alasan yang
sebenarnya. Rasionalisasi ini terjadi apabila individu mengalami kegagalan
dalam memenuhi kebutuhan, dorongan atau keinginannya. Dia mempersepsikan
kegagalan tersebut sebagai kekuatan yang mengancam keseimbangan psikisnya
(menimbulkan rasa cemas).
8. Sublimasi
Sublimasi adalah
mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks,
kemarahan, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa
diterima secara sosial. Dengan kata lain sublimasi ini merupakan pembelotan
atau penyimpangan libido seksual kepada kegiatan yang secara sosial lebih dapat
diterima. Dalam banyak cara, sublimasi
merupakan mekanisme yang sehat, karena energi seksual berada di bawah
kontrol sosial. Bagi Freud seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif aadalah
sublimasi, terutama sublimasi hasrat seksual.
9. Identifikasi
Identifikasi merupakan
proses memperkuat harga diri (self-esteem) dengan membentuk suatu persekutuan
(aliansi) nyata atau maya dengan orang lain, baik seseorang maupun kelompok.
Identifikasi ini juga merupakan satu cara untuk mereduksi ketegangan.
Identifikasi ini dilakukan kepada orang-orang yang dipandang sukses atau
berhasil dalam hidupnya. Identifikasi dengan penyerangan adalah bentuk
introjeksi yang terfokus pada pengadopsian, bukan dari segi umum atau positif,
tapi dari sisi negatif.
B. Unsur – unsur Terapi
1. munculnya Gangguan
Kecemasan yaitu suatu
keadaan tegang atau takut yang mendalam sebagai hasil bermunculannya
pengalaman-pengalaman yang terdesak. Kecemasan berkembang dari konflik antara
sistem id, ego, dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang
ada. Fungsi utama kecemasan adalah untuk mengingatkan adanya bahaya yang
datang.
a) Kecemasan realita
Rasa takut akan bahaya
yang datang dari dunia luar. Kecemasan ini sumbernya adalah ego.
b) Kecemasan neurotik
Rasa takut yang
bersumber pada id, yaitu takut tidak mampu mengendalikan instiknya.
c) Kecemasan moral
Rasa takut terhadap
hati nuraninya sendiri, yaitu terhadap adanya pertentangan moral. Sumber
kecemasan ini adalah superego. Kecemasan selalu berakibat kepadda terancamnya
ego, sehingga memaksa ego untuk mengambil tindakan untuk menghilangkannya agar
diperoleh keseimbangan.
2. Tujuan Konseling
Untuk mengurangi
simptom psikopatologi dengan memunculkan pikiran dan perasaan-perasaan yang
tertekan atau depresi ke dalam alam kesadarannya. Dengan kata lain membentuk
kembali struktur kepribadian klien dengan menggali kembali hal-hal yang
terpendam dalam alam ketidaksadarannya sehingga menjadi bagian dari alam
kesadarannya. Agar berhasil, penting untuk melibatkan emosi sebagai bagian dari
proses terapi serta menjadikan pemahamnnya sebagai bagian dari upaya
meningkatkan kesadaran dirinya dengan mengkoreksi terhadap pengalaman-pengalamn
emosionalnya.
Sumber konflik adalah
materi-materi yang yang tertakan pada alam ketidaksadaran, terutama yang
terjadi pada awal kehidupannya. Untuk itu ,terapis harus dapat membantu dan
memotivasi klien agar mampu mengahayati dan mengekspresikan
pengalaman-pengalaman masa lampaunya secara terrbuka, untuk selanjutnya ditata,
didiskusikan, dianalisa, dan ditafsirkan dengan tujuan utama untuk
merekonstruksikan kepribadiannya.
3. Peran Terapis
Peran utama terapis
adalah memberikan kemudahan kepada klien untuk memantulkan perasaan-perasaannya
yang tertekan serta menafsirkan dan menganalisanya. Terutama terhadap bentuk-bentuk
resistensi yang dihadapinya, yaitu suatu keadaan dimana anak berusaha untuk
melindungi, menolak, mengingkari, atau mempertahankan diri dari suatu perasaan,
trauma, atau interpretasi yang tidak mengenakkan dari terapis. Agar fungsi
berjalan dengan baik, penting bagi terapis untuk sejak awal mendorong klien
agar dapat menyatakan dirinya secara bebas, sehingga secara berangsur-angsur
klien dapat menemukan faktor-faktor penentu yang tidak disadari dari
perilakunya pada masa kini. Disamping itu terapis hendaknya bersikap anonim
(tidak dikenal) serta berupaya untuk sedikit menunjukkan perasaan dan
pengalamannya.
C. Tekhnik – Tekhnik terapi
Teknik Terapi
Sekalipun dalam
psikoanalisa terapis hendaknya bersikap anonim, namun dalam prosesnya sejak
awal terapis harus dapat membina hubungan baik dengan klien. Terapis juga harus
mendorong klien agar mampu menyatakan dirinya secara bebas, membantu apabila
klien melakukan penolakan (resistensi), menyambut baik pernyataan pengalihan
(tranferensi), serta berusaha untuk membimbing klien ke arah kesadaran penuh
dan ke arah intergritas sosial secara memuaskan.
Lima teknik dasar dalam terapi psikoanalisa :
1. Asosiasi bebas
Secara mendasar, tujuan
teknik ini adalah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan menghentikan
emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau. Teknik
asosiasi bebas ini dilakukan dengan klien berbaring di dipan dan terapis duduk
di kursi sejajar dengan kepala klien, sehingga klien tidak melihat terapis.
Dengan demikian, klien dapat mengungkapkan atau menyalurkan materi-materi yang
ada dalam ketidaksadarannya secara bebas, terbuka, tidak menutup-nutupi tanpa
harus malu, meskipun materi tesebut menyakitkan, tidak logis, atau tidak
relevan. Terapis harus mampu menjadi pendengar yang baik serta mendorong klien
agar mampu mengungkapkan secara spontan setiap ingatan yang terlintas dalam
pikirannya, pengalaman traumatik, mimpi, penolakan, dan pengalihan perasaannya.
2. Analisis Mimpi
Setiap mimpi memiliki
isi yang bersifat manifes atau disadari dan juga bersifat laten (tersembunyi).
Isi yang brsifat manifes adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang
mimpi, sedangkan isi yang bersifat laten terdiri dari motif-motif tersamar dari
mimpi tersebut. Tujuan analisis mimpi adalah untuk mencari isi yang laten atau
sesuatu yang ada dibalik isi yang manifes, untuk menemukan sumber-sumber
konflik terdesak. Analisis mimpi hendaknya difokuskan kepada mimpi-mimpi yang sifatnya
berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
3. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan
suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi
atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada perthanan diri terhadap
kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan
kewajaran. Namun, yang penting bagi terapis adalah bagaimana pertahanan diri tersebut
dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan
ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
4. Analisis
Transferensi
Transferesnsi atau
pengalihan adalah pergeseran arah yang tidak disadari kepada terapis dari
orang-orang tertentu dalam masa silam klien. Pengalihan ini terkait dengan
perasaan, sikap, dan khayalan klien, baik positif maupun negatif yang tidak terselesaikan
pada masa silamnya. Teknik analisis transferensi dilakukan dengan mengusahakan
klien mampu mengembangkan transferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan
yang dialami pada masa kanak-kanaknya. Apabila transferensi ini tidak ditangani
dengan baik, maka klien dapat menjadi bersikap menolak terhadap perlakuan terapis
dan proses terapi dapat dirasakan sebagai suatu hukuman.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar